Categories
Agama & Tuhan

Agama Manja

Ramadhan telah tiba. Musimnya promosi lagi, musimnya diskon lagi, musimnya si ormas ituĀ obrakan lagi. Haha, lucu sekaligus miris mendengar si ormas itu mengobrak warung yang jualan di siang hari pada Ramadhan tahun lalu. Alasannya, tidak menghormati orang yang berpuasa.

Alasan yang aneh. Jika puasa itu harus menahan godaan untuk makan dan minum, ya sudah, harus dijalankan dalam kondisi apapun. Baik dalam kondisi darurat militer, pasca bencana alam, ataupun di antara warung-warung yang menyajikan makanan dengan aroma menggoda.

Puasa kok malah manja. Justru seharusnya godaan tersebut dijadikan tantangan, mampu tidak untuk berpuasa dalam kondisi seperti itu. Bukannya malah mengobrak-obrak warungnya. Puasa kok malah melampiaskan amarah begitu.

Atau jangan-jangan para obrakers itu sebenarnya tidak kuat menahan godaan? Tapi gengsi jika mau membatalkan puasa, jadinya mereka mengobrak-abrik warung-warung nasi tersebut lagi-lagi dengan slogan usang mereka “Jidah fi sabilillah”. Tai.

Jihad kok merusak penghidupan orang. Jihad kok malah melampiaskan amarah di bulan puasa. Terinspirasi dari perang Badr tampaknya, yang katanya berlangsung di bulan Ramadhan. Perang kok melawan orang-orang kere yang hidupnya bergantung dari jualan di warungnya.

Ah, sudahlah, saya hanya memuaskan nafsu ngrasani saya sebelum puasa tiba. Sebab katanya pahala puasa kita akan berkurang kalau kita ngrasani orang, sebejat apapun, bahkan selevel ormas itu sekalipun. Saya ini banyak dosa, jadi ndak mau pahala saya berkurang. Takutnya nanti ndak bisa merasakan nikmatnya perawan-perawan surga.

Ndak seperti para obrakers itu, mentang-mentang punya pahala banyak, jadi ndak butuh pahala puasa. Makanya mau ngobrak-ngobrak warung dengan nama jihad.

Selamat berpuasa. Semoga Anda bukan tipe orang puasa yang manja.. seperti.. ah sudahlah..