Ramadhan memang telah datang seminggu yang lalu. Hmm ya, bulan suci ini memang membawa berkah, rahmat dan hidayah bagi seluruh umat Islam. Ya, tampaknya ketiga hal itu yang sedang dibagi-bagikan Tuhan. Ndak percaya? Ndak usah jauh-jauh berpikir tentang seorang penjahat yang langsung insyaf dan bertaubat ketika Ramadhan, tengok saja grup band Indonesia yang harus kita cintai sepenuh hati demi tidak disebut tidak cinta tanah air itu.
Hidayah
Ya, tiba-tiba saja para musisi-musisi berbakat itu banting stir. Lagu-lagu ciptaan mereka yang sangat tidak agamis, seperti ajakan untuk cium-ciuman, kekasih gelap dan hal-hal yang berbau cinta-cintaan lain, mendadak berubah menjadi lagu-lagu relijius. Yang bercerita tentang mencari Tuhan lah, dan lain sebagainya. Sangat Islami! Oh, Tuhan itu memang Maha Pemberi Hidayah.
Berkah dan Rahmat
Dan tentu saja, mereka akan disebut-sebut sebagai manusia-manusia mulia yang berdakwah demi Tuhan dan agamanya, yang berarti lagu-lagu baru mereka akan segera laris di pasaran. Apa artinya? Tentu saja aliran uang serta penghargaan akan segera mereka dapatkan. Alhamdulillah, Tuhan memang Maha Pemberi Rahmat.
Oh Tuhan, limpahkanlah hidayah dan berkahmu kepada kami di bulan suci ini.
—
Hmm, saya jadi berpikir, kenapa mereka tiba-tiba berubah menjadi sangat relijius begitu ya? Apa benar karena hidayah dari Tuhan di bulan suci? Well, mungkin saja, tapi kalau memang begitu, tampaknya hidayah tersebut punya masa expired. Lihat saja setelah Idul Fitri, hohoho, lagu-lagu cinta nan menye-menye kembali mereka lantunkan.
Lha, lantas? Nah, itu yang saya tidak tahu, kalau boleh berburuk sangka sih, mungkin saja karena bulan Ramadhan itu memang merupakan masa panen bagi mereka. Panen bagaimana? Lho iya kan, Ramadhan itu kan memang punya makna lain, yaitu “Bulan Untuk Berpesta!”. Lihat saja orang-orang yang berpuasa menahan lapar dan dahaga itu, pada waktu puasa begini ini berarti waktunya menyantap makanan mewah dan aneh-aneh yang tidak pernah mereka makan sebelumnya. Lihat saja tempat-tempat belanja itu, tambah ramai bukan? Ya jadinya sangat mungkin orang berbondong-bondong membeli lagu mereka saat Feasting Fasting Month seperti ini. Ah, sudahlah, itu cerita yang lain untuk saat ini.
Bicara mengenai lagu-lagu relijius yang katanya bertujuan untuk dakwah itu, saya kok jadi merasa aneh ya? Kata guru ngaji saya, kalau berdakwah itu harusnya dengan cara yang baik. Well, setidaknya gunakanlah bahasa yang benar. Benar bagaimana? Sudah jelas bahwa kata “aku” itu adalah kata ganti singular atau tunggal, sementara kata “para” itu digunakan untuk menjelaskan kata yang plural atau jamak. Jadi menurut pemahaman bahasa Indonesia saya, kalimat “Akulah para pencari” itu salah secara gramatikal (atau tidak?). :)) Tapi lagi-lagi, itu adalah cerita yang lain untuk saat ini.
52 replies on “Mendadak Agamis”
bulan romadhon bulan yang sangat mulia,banyak artis yang mendadak jadi ust,kami mendo’akan semoga semua insyaf sebenarnya,jangan kotori semua bulan Allah,terutama bulan puasa dengan ber maksiat
LikeLike