Categories
Movie Uncategorized

Film Review: Fantastic Beasts and Where to Find Them

Nostalgia Wizarding World of Harry Potter J.K. Rowling. Spirit itu yang sepertinya diusung oleh Warner Bros dalam menyajikan “Fantastic Beasts and Where to Find Them”. Film ini memang ditargetkan untuk mereka yang merupakan penggemar berat film dan buku Harry Potter.

Fantastic Beasts and Where to Find Them poster
source: https://www.youtube.com/watch?v=AoEnPbwDP4k (Warner Bros)

Mengambil setting di New York pada tahun 1920-an, Fantastic Beast menceritakan petualangan Newt Scamander (Eddie Redmayne), seorang peneliti hewan-hewan gaib yang terjebak dalam konflik politik di dunia sihir Amerika lantaran kopernya yang berisi banyak hewan gaib, termasuk yang liar dan buas, tidak sengaja tertukar dan terbuka, menyebabkan beberapa hewan lepas dan membuat kekacauan di dunia muggle (atau di Amerika disebut sebagai nomaj). Hal itu terjadi tepat ketika situasi dunia sihir sedang kacau oleh ulah penyihir jahat Gellert Grindelwald, serta munculnya gerakan Second Salem di dunia muggle yang berusaha memburu para penyihir.

Kesan yang kemudian saya dapat adalah bahwa film ini bingung dalam menentukan jati dirinya. Seperti halnya film-film Harry Potter sebelumnya yang tumbuh bersama para penggemarnya, dengan perubahan tone film yang semakin gelap di setiap filmnya, Fantastic Beast pun diposisikan untuk mereka para fans yang sudah lebih “matang”. Alih-alih berfokus ke petualangan Newt dan teman-temannya menemukan kembali hewan gaib yang lepas, yang mungkin lebih cocok dengan judul filmnya, beberapa subplot pun dijejalkan, mulai dari cerita tentang anggota Second Salem dan hubungannya dengan kekacauan di dunia muggle, serta satu lagi tentang Grindelwald yang misterius. Mungkin agar film ini tampak lebih “dalam”. Belum lagi plot untuk development karakter-karakternya.

Seandainya saja subplot tentang Grindelwald dan Second Salem diekstrak dan dibuatkan film sendiri dengan tone gelap dan mencekam, mungkin hasilnya akan lebih bagus. Karena jujur saya lumayan tertarik ketika  filmnya sedang menceritakan soal kekacauan-kekacauan di dunia sihir, sampai kemudian fokus saya harus dipindah lagi ke cerita soal Newt Scamander dan hewan-hewannya. Bukan berarti salah satunya jelek, hanya saja perpaduannya kurang cocok.

source: https://www.rottentomatoes.com/m/fantastic_beasts_and_where_to_find_them/
source: https://www.rottentomatoes.com/m/fantastic_beasts_and_where_to_find_them/

Tokoh Newt Scamander pun kurang begitu di-highlight. Memang ada beberapa scene yang menunjukkan betapa dia memiliki watak seorang protagonis. Tapi background story tentang dirinya jarang ditonjolkan, hanya sesekali lewat beberapa dialog. Sebagian besar waktu di film habis untuk membangun subplot-subplot sampingan yang pada akhirnya dipakai sebagai klimaks film. Hal tersebut membuat saya merasa asing dengan si Newt, karena saya kurang bisa relate dengannya, tokoh penyihir baik dan lugu yang sudah mahir dan jago dalam hal sihir. Tidak seperti Harry Potter, di mana saya sebagai penonton yang juga muggle, dapat “belajar” bersama Harry, yang juga baru tahu tentang dunia sihir, sehingga saya bisa menaruh rasa simpati saya kepadanya sepanjang cerita. Yang terjadi malah saya lebih simpatik kepada tokoh Jacob Kowalski (Dan Fogler), sosok muggle yang terseret ke dalam cerita ini lantaran dialah yang tidak sengaja menukar koper Newt.

Mungkin Rowling dan David Yates sang sutradara berasumsi bahwa karena penontonnya adalah penggemar Harry Potter, maka tidak perlu lagi diperkenalkan kepada hal-hal baru di dunia sihir. Padahal bagi saya, justru itulah kekuatan cerita Harry Potter sebelumnya, baik film maupun bukunya. Kita sebagai pembaca (atau penonton) selalu diajak mengeksplorasi hal baru di tiap cerita. Mulai dari tentang Hogwarts di buku pertama, apa itu Chamber of Secrets di buku kedua, sampai dengan mempelajari dan mendapatkan Deathly Hallows di buku terakhir, semuanya memposisikan Harry dan pembaca (atau penonton) sebagai “anak baru”. Sementara itu, di Fantastic Beasts, Newt Scamander justru terasa lebih seperti Hermione Granger yang tahu semua-semuanya, dan terkadang menyebalkan.

source: https://www.rottentomatoes.com/m/fantastic_beasts_and_where_to_find_them/
source: https://www.rottentomatoes.com/m/fantastic_beasts_and_where_to_find_them/

Collin Farrell bermain cukup bagus di sini sebagai auror Percival Graves yang dingin dan cenderung kejam, hanya saja dia kurang begitu sering ditampilkan lantaran begitu banyaknya subplot.

Akhirnya, Fantastic Beasts memang cocok menjadi pengobat rindu ke dunia sihir J.K. Rowling dengan segala keajaibannya, tapi sayangnya terlalu ambisius dalam segi cerita. Mungkin sebagai persiapan untuk sekuel-sekuel berikutnya. Entahlah, semoga di film selanjutnya ada yang bisa menyamai kualitas Prisoner of Azkaban.

152 replies on “Film Review: Fantastic Beasts and Where to Find Them”

Leave a reply to Alexander Jaya Cancel reply